Kumpulan Kisah Nyata Cerita Hantu Jepang
Negara Jepang
merupakan salah satu negara yang unik dan mempunyai latar belakang
sejarah yang berpijak pada hal supranatural. Masyarakat Jepang meyakini
adanya kekuatan batin manusia yang dapat memasuki dimensi lain yang
penuh dengan kekuatan luar biasa. Dunia supranatural Jepang cara baik
untuk menjelaskan yang tidak dapat dijelaskan dan sebuah cara untuk
masuk lebih dalam lagi. Hal itu bisa dikatakan sebagai sebuah pencarian
spiritual bagi para pencari hal mistik. Keajaiban ada di mana-mana dan
kejadian ajaib yang supranatural mungkin sedang menunggu di sudut
berikutnya.
Dalam pemikiran
orang Jepang, ketika seseorang meninggal dunia rohnya akan meninggalkan
kehidupan ini menuju ke dunia yang kekal, setelah mencapai tempat
tujuan ini rohnya harus menghabiskan beberapa waktu di antara tingkat
keberadaan dalam sebuah tempat yang tidak jelas dan tidak pasti. Di
tempat inilah roh dapat menjadi hantu penasaran yang dapat menghantui
atau mengganggu orang-orang yang masih memiliki hubungan yang kuat
dengannya. Para roh tersebut terus menghantui orang-orang di dunia
sampai ada seseorang atau sesuatu yang bisa membebaskan mereka untuk
kembali melanjutkan perjalanan menuju keabadian.
Konsep orang Jepang terhadap alam gaib adalah sebagai berikut :
a. Bagi orang
Jepang, semua fenomena alam yang hidup (animate) maupun yang tidak hidup
(inanimate) bahkan benda buatan manusia sekalipun mempunyai potensi
untuk menjadi hidup jika dimasuki oleh roh gaib.
b. Tenaga gaib
khusus atau fungsi dari roh atau dewa dapat mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan sifat dari wadah tempat bersemayamnya.
Bukti dari disosiasi antara dewa dengan tempat persemayamannya itu,
terletak pada adanya keyakinan bahwa suatu dewa dengan fungsi tertentu
dapat saja mempunyai beberapa tempat persemayaman dan fungsi berbeda.
Dibawah ini adalah beberapa cerita hantu yang ada di Jepang:
1. Sadako
Sadako Sasaki
lahir 7 Januari 1943; hidupnya yang singkat berakhir pada 25 Oktober
1955. Ketika ia berusia dua tahun, sebuah bom atom dijatuhkan oleh
Amerika Serikat di Hiroshima, Jepang. Sadako tinggal dekat Misasa Bridge
di Hiroshima tempat bom dijatuhkan pada tanggal 6 Agustus 1945. Saat
itu dia tak tahu bahwa dirinya telah menjadi korban radiasi pasca
pemboman.
Sadako adalah
seorang anak yang cerdas, ceria, sangat energik, mungkin istilah yang
tepat adalah “pecicilan”, hingga orang tuanya selalu mengingatkan agar
ia duduk manis barang sejenak. Sadako sangat suka berlari-larian. Ia
sangat menikmati menjadi bagian dari “tim lari estafet” di sekolahnya.
Hingga dia tak memberitahu siapapun bahwa dia mulai merasakan pusing
saat berlari. Satu saat, ia terjatuh di depan para guru, hingga
dipanggillah orang tuanya datang ke sekolah. Tanggal 21 Februari 1955,
Sadako mulai masuk rumah sakit. Sadako didiagnosa terjangkit leukemia
sebagai dampak bom atom. Ibunya menyebut sebagai “penyakit bom atom” (an
atomic bomb disease).
Pada bulan
November 1954, tumbuh cacar pada leher dan bagian belakang telinganya.
Pada bulan Januari 1955, mulai timbul titik berwarna ungu pada kakinya.
Pada tanggal 21 Februari 1955, Sadako harus dirawat di rumah sakit
karena dokter mendiagnosa Sadako mengidap Leukemia dan divonis hanya
dapat hidup paling lama satu tahun.
Pada tanggal 3
Agustus 1955, seorang sahabat karib Sadako yang bernama Chizuko Hamamoto
datang menjenguk Sadako di rumah sakit dengan membawa kertas emas untuk
membuat bangau kertas, karena berdasarkan kisah klasik Jepang, jika
seseorang membuat seribu bangau kertas, maka permintaannya akan
dikabulkan. Cerita yang berkembang menyebutkan bahwa Sadako hanya mampu
menyelesaikan 644 bangau kertas sebelum kematiannya, dan sahabatnya
meneruskan hingga 1.000 dan menguburkan semua bersama jasad Sadako.
Cerita lain dari Hiroshima Peace Memorial Museum menyatakan bahwa pada
akhir Agustus 1955, Sadako teleah menyelesaikan 1.000 bangau kertas dan
meneruskan untuk membuat lebih banyak lagi.
Sejak saat itu
Sadako mulai membuat paper crane untuk meminta kesembuhan bagi dirinya.
Untaian bangau kertas digantung di atas tempat tidurnya dengan seutas
benang. Meskipun Sadako punya banyak waktu di rumah sakit untuk melipat
bangau, ia kehabisan kertas. Dia pun menggunakan medicine wrappings dan
apa saja yang bisa ia pungut. Ia berkunjung ke kamar pasien lain untuk
meminta kertas bekas bungkus bingkisan pengunjung yang datang
mengunjungi pasien. Chizuko juga membawakan kertas untuknya. Sadako
berkeinginan melipat 1000 bangau, tetapi sayang, ia hanya sanggup
melipat 644 sebelum ajal menjemputnya.
Kondisi Sadako
memburuk secara drastis, membuat kedua orang tua dan saudara-saudaranya
sedih melihatnya sekarat. Ibunya membuatkan sebuah kimono bercorak bunga
sakura supaya dapat dipakainya sebelum ia meninggal. Saat itu Sadako
merasa kondisinya membaik sehingga ia dibolehkan pulang selama beberapa
hari. Sadako berteman dengan seorang anak laki-laki bernama Kenji,
seorang anak yatim, yang juga menderita leukemia tetapi sudah dalam
stadium lanjut. Kenji sudah terkena dampak radiasi sejak ia dalam
kandungan ibunya. Sadako mencoba memberi Kenji harapan dengan kisah
bangau emas (The golden crane story), tetapi Kenji sadar akan kenyataan
bahwa waktunya sudah dekat. Ibunya sudah lebih dulu meninggal, dan ia
sudah belajar bagaimana cara membaca diagram darahnya (blood charts) dan
sudah tahu bahwa ia sudah dalam kondisi sekarat. Saat di rumah Saat di
rumah sakit, Sadako menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kematian
Kenji, dan dia sangat terpukul. Sadako tahu bahwa gilirannya pun akan
segera tiba.
Setelah
keluarganya memaksanya untuk makan sesuatu, Sadako meminta teh hijau dan
berkomentar “It’s good.” Kalimat itu adalah kalimat terakhirnya.
Dikelilingi oleh keluarganya, Sadako meninggal dunia pada tanggal 25
Oktober 1955 pada usia 12 tahun. Teman-temannya menyelesaikan pembuatan
bangau kertas sisanya hingga genap terkumpul 1000 bangau dan
menguburkannya bersama jasad Sadako.
Sepeninggal
Sadako, teman-temannya menerbitkan suatu koleksi surat-surat untuk
menggalang dana yang akan digunakan untuk membangun sebuah monumen
peringatan bagi Sadako dan semua anak yang meninggal akibat efek bom
atom. Pada tahun 1958 sebuah patung Sadako memegang bangau emas berdiri
di Hiroshima Peace Memorial Park, bangsa Jepang menyebutnya dengan nama
Genbaku Dome. Di kaki patung terdapat sebuah prasasti bertuliskan:
“This is our cry. This is our prayer. Peace on Earth.”
(“Inilah jeritan kami. Inilah Doa kami. Damai lah di bumi”).
Di Seattle
Peace Park juga terdapat patung Sadako. Sadako telah menjadi simbol
dampak perang nuklir, mengingatkan betapa berbahayanya perang nuklir.
Sadako juga menjadi pahlawan untuk gadis-gadis di Jepang. Kisah hidupnya
diceritakan di sekolah-sekolah Jepang saat memperingati pemboman
Hiroshima. Sebagai dedikasi untuknya, penduduk Jepang merayakan 6
Agustus sebagai National Peace Day.
Kisah Sadako
menjadi terkenal pula di kalangan murid sekolah di luar Jepang karena
ditulis menjadi sebuah novel. The Day of the Bomb ditulis seorang
penulis berkebangsaan Austria Karl Bruckner. Sadako and the Thousand
Paper Cranes pertama kali diterbitkan pada tahun 1977 ditulis oleh
Eleanor Coerr. Robert Jungk juga menulis Children of the Ashes, di
dalamnya ditulis pula kisah Sadako. Setiap tahun, ribuan paper crane
dikirim oleh anak-anak dan orang dewasa dari seluruh penjuru dunia ke
Hiroshima Peace Memorial Park. Burung bangau merupakan simbol harapan
untuk masa depan yang lebih baik yaitu perdamaian tanpa penderitaan.
Kisah Sadako
dapat menjadi pengingat bagi kita apa yang terjadi akibat perang
terlebih jika suatu negara memilih untuk menggunakan senjata nuklir.
Burung bangau
di Jepang merupakan salah satu mahluk mistis atau suci (selain naga dan
kura-kura) yang dipercaya dapat hidup ribuan tahun. Thousand Origami
Cranes (千羽鶴, Senbazuru) yaitu sebuah untaian seribu origami bangau
kertas yang disatukan dengan benang. Ada sebuah legenda kuno Jepang yang
konon menjanjikan bahwa siapapun yang dapat melipat seribu bangau
origami akan dihadiahi “WISH” oleh sang bangau, seperti umur panjang,
sembuh dari sakit.
Maka Senbazuru
menjadi wedding gift yang populer untuk keluarga dan teman spesial. Si
pemberi berharap pengantin mendapat seribu tahun kebahagiaan dan
kesejahteraan. Dapat juga sebagai kado untuk bayi yang baru lahir agar
berumur panjang dan mendapat keberuntungan. Menggantung Senbazuru di
rumah dianggap membawa keberuntungan. Ada pula yang menggunakan sebagai
matchmaking charm untuk gadis-gadis Jepang saat berusia 16 tahun. Sang
gadis akan membuat 1000 bangau untuk diberikan kepada sang jaka yang
dikaguminya.
2. ONRYOU
Onryou adalah
hantu yang menaruh dendam kepada orang lain pada semasa hidupnya dan
biasanya setelah meninggal ia akan gentayangan untuk membalas dendam
kepada orang-orang tersebut. Penampakan hantu jepang ini biasanya
digambarkan sebagai berikut :
1.Rambut panjang terurai.
2.Memakai kimono putih.
3.Pergelangan tangan menjuntai ke bawah.
4.Biasanya kaki tak tampak menjejak tanah.
3. UBUME
Ubume adalah
roh perempuan yang meninggal saat melahirkan atau meninggal tanpa
memastikan bahwa anak-anak mereka telah disediakan. Hantu tersebut
selalu kembali untuk merawat anaknya dengan membawa gula-gula. Dalam
beberapa cerita, Ubume akan membeli permen dan makanan lain untuk
anak-anak mereka yang masih hidup dengan koin yang ternyata adalah
daun-daun kering. Dalam cerita lain, ubume akan mencoba untuk menarik
perhatian manusia, dan memimpin dia untuk pergi ke tempat di mana
anaknya tersembunyi, sehingga anaknya mendapat ritual yang benar dan
diterima di kalangan masyarakat.
Ubume menjadi
perhatian umum di Jepang, tentang tugas seorang ibu terhadap
anak-anaknya. Ada banyak kisah tetang Ubume. Ubume muncul dalam bentuk
hantu Jepang pada umumnya, mereka berpakaian jubah putih dan memiliki
rambut panjang, tidak terikat dan kusut.
4. FUNA YUUREI
Funa Yuurei
adalah hantu Jepang yang berasal dari manusia yang tewas di tengah
lautan. Hantu Jepang jenis ini biasanya menampakkan diri pada penumpang
kapal dan berpura-pura meminta bantuan kepada para penumpang, setelah
itu mereka akan membalikkan kapal tersebut sehingga semua penumpang
meninggal.
5. Zashiki Warashi
Nama Zashiki
Warashi diambil dari istilah nama lantai tatami 'Zashiki' dan 'Warashi'
(istilah lain untuk menyebut 'bocah') yang keseluruhannya berarti 'Bocah
di dalam ruangan'.
Wujudnya
menyerupai anak kecil dan bisa dibilang merupakan jin rumahan.
Penampakan Zashiki Warashi adalah seperti anak kecil yang berusia
sekitar 5 atau 6 tahun. Berambut cepak dan berwajah merah. Sama seperti
anak kecil pada umumnya, pada dasarnya Zashiki Warashi adalah youkai
yang senang bermain. Ia senang berlarian ke sana kemari, memainkan
barang-barang, membunyikan alat musik, dan sebagainya.
Zashiki Warashi
bukanlah yōkai yang agresif. Dari segi fisik dan perilaku, sama seperti
anak manusia biasa dan tidak berbahaya. Menurut kepercayaan masyarakat
Jepang, kedatangan Zashiki Warashi merupakan pertanda bahwa keluarga
yang didatangi adalah keluarga makmur yang sejahtera. Kehadirannya
seolah memiliki pesan tersirat bahwa yōkai ini juga membutuhkan kasih
sayang, perhatian, dan respek dari siapapun yang bersedia menjadi 'orang
tua asuh'nya. Jika Zashiki Warashi diperbolehkan menumpang, ia akan
memancarkan aura keberuntungan yang berlipat ganda sebagai bukti balas
budi. Namun jika Zashiki Warashi meninggalkan rumah apalagi dengan cara
yang kurang menyenangkan seperti diusir, maka seluruh anggota keluarga
akan mendapat masalah. Mulai dari kebangkrutan, bencana alam, dan
persoalan lainnya yang datang bertubi-tubi.
Pada malam
hari, Zashiki Warashi kerap berbuat jahil dengan menarik bantal yang
tengah dipakai orang yang sedang tidur. Selain itu, mereka juga suka
menempelkan telapak tangannya yang dingin ke wajah orang tersebut atau
malah menindih orang yang sedang tidur. Siapapun yang bisa melihat
Zashiki Warashi, youkai itu kerap tersenyum dan pergi melarikan diri
seperti anak kecil yang bermain petak umpet. Zashiki Warashi juga senang
membuat kegaduhan, menggigit hidung orang yang tengah tertidur pulas,
hingga mengubah dirinya menjadi jin bermuka mengerikan berukuran sebesar
40 cm.
Sulit bagi
orang biasa untuk mengetahui apakah di rumahnya ada Zashiki Warashi atau
tidak. Terkadang, Zashiki Warashi bisa terlihat oleh anak kecil yang
masih sangat polos. Konon bagi mereka yang ingin bertatap muka langsung
dengan Zashiki Warashi, harus mengunjungi terlebih dahulu sebuah kamar
di hotel Ryokufuso di dalam area Kindai-Ichi Onsen yang berada di
Ninohe, Iwate yang menurut urban legend disebut-sebut sebagai kediaman
asli Zashiki Warashi. Menurut rumor yang beredar, pada tengah malam
sosok Zashiki Warashi laki-laki akan menampakkan diri di sebuah ruangan
bertatami lantai dua penginapan ini. Bagi siapa yang bisa melihatnya,
akan memperoleh keberuntungan. Walau terdengar mistis, nyatanya hotel
tersebut selalu ramai bahkan full booked dari jauh hari. Penginapan ini
pernah terbakar yang disebabkan oleh seorang anak kecil misterius
berkimono merah yang tengah bermain api di kuil belakang penginapan
tersebut.Hanya kuil dan signage penginapan tersebut yang selamat dari
lalapan api. Ryokufuso kemudian dibangun kembali menjadi sebuah hotel
yang lebih modern. Selain itu, ada juga kuil khusus Zashiki Warashi yang
terletak di kaki gunung Hayachine, bernama Kuil Hayachine. Di dalam
kuil ini, terdapat banyak sekali boneka Zashiki Warashi dalam berbagai
model yang dibawa oleh orang-orang yang datang dan tengah mencari berkah
dan kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar